Ramas

Sabtu, 13 Juni 2009

paradigma behaviormie vs kontruktivisme

peredebatan panjang, seakan tidak pernah habis-habisnya, dalam penentuaan arah kebijakan pendidikan secara umum dan proses pembelajaran secara khusus. meski aliran kontruktivisme sangat berkembang belakangan ini, namun tetap saja banyak dari team pengajar/guru menolak keberadaan aliran ini. hal ini terbukti masih tejadinya proses belajar mengajar yang mana murid di ibaratkan gelas kosong yang mesti di isi dengan ceramah guru yang tak jarang berisi retorika saja.
murit selalu distimulus sebelum memberikan sebuah respon terhadap apa yang akan menjadi pengetahuan nantinya. tanpa adanya keinginan untuk membiarkan pola pikir seseorang / siswa berkembang sesuai dengan apa yang dimilikinya, seperti yang dianut oleh kontruktimisme.

dalam paradigma konstruktivisme, lebih menekankan pada kemerdekaan dan kebebasan berkembangya pola pikir seseorang, pengetahuan dibentuk berdasarkan pengetahuan seseorang sebelumnya. jadi siapa yang memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman jelas akan lebih mudah untuk menyerap dan mengembangkan informasi atau pesan dari seorang fasilitator atau pemberi informasi.

karna alairan ini berpendapat, setiap manusia itu unik dan berbeda satu sama lainya jadi menolak adannya penyamaan terhadap siswa. menskipun diajar dalam satu waktu, satu kelas dan satu guru.

sebuah paradok memang, tapi pandangan penulis terhadap namun kenyataannya. tak jarang hal ini ditolak dalam proses belajar mengajaar. sebagai contoh kasus, kita sering mendengar ketika seorang siswa tidak mampu menyelesaikan sebuah soal, dan sang maha guru berkata"kan sudah ibu ajarkan kemaren, lihat teman mu bisa mengerjakanya apa yang ibu/bapak tugasi" kasus ini sangat sering kita jumpai. hal ini terjadi lantaran setiap pribadi manusia ini berbeda, dan mustahil untuk disamakan apalagi dalam sebuah hal yaitu pengetahuan.

lantas apa yang mesti dilakukan terkhusus bagi guru dan civitas pendidikan dalam menyikapi keadaan ini.. ???????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar