Ramas

Minggu, 21 Juni 2009

DAMPAK SISTEM PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH TERHADAP PENGEMBANGAN MAHASISWA DAN LULUSANNYA

Pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) adalah suatu institusi pendidikan tinggi yang dala penyelenggaraan belajar mengajarnya menggunakan system belajar jarak jauh ( SBJJ). Pada system ini, terdapat jarak yang cukup jauh antara mahasiswa dan pengajar, sehingga proses belajar mengajar seerti yang ada pada perguruan tinggi tatap muka tidak dapat dilaksanakan secara penuh. Namun demikian transfer pengetahuan yang sesuai dengan kurikulum harus tetap berlangsung. Mahasiswa belajar dari bahan ajar cetak ( modul, buku teks) maupun bahan non cetak ( VCD, Cassete, computer) yang disediakan institusi penyelenggara. Disamping itu mahasiswa dapat belajar dengan bekelompok secara berdiskusi atau mencari bahan lainya melalui internet.

Dalam mengikuti proses kegiatan belajar di PTJJ mahasiswa harus bergantung pada inisiatif, kemauan dan kemampuan untuk belajar mandiri yang tinggi.tanpa itu semua sangat berat bagi mahasiswa untuk melewati jenjang yang ada di PTJJ. Kemajuan mahasiswa dapat dilihat pada saat dosen member situmulus terhasdap siswa, respon dari mahasiswa menandakan tingkat kemajuan pembelajaranya.

Kesempatan tutor dalam kegiatan tutorial untuk memperhatikan mahasiswa satu persatu tidak sebanyak kesempatan yang dimiliki dosen tatap muka. Selain frekkuensi kegiatan yang lebih sedikit, tutorial tidak semata didisain untuk kegiatan belajar mengajar. tutorial hanya akan efektif bila mahasiswa aktif bertanya dan berdiskusi dengan para tutor. Karena itu, mahasiswa PTJJ harus melakukan penilaian atas kemajuan belajar masing masing.

Kemauan dan kemapuan belajar mandiri sangat bergantung pada tingkat kedewasaan/kepribadian seseorang. Menurut Hurloc (1980) keberhasilan seseorang dalam mengatasi masalah hidup di masa dewasanya mempenyai pengaruh terhadap konsep diri.orang yang kuat kepriabadiannya tertu terbentuk dari banyak masalah –masalah yang mampu diatasinya.

A. Belajar dan motivasi

Menurut logan dan ferraro (1978), kapasitas untuk belajar atau untuk memperbaiki prilaku demi masa depan sebagai hasil pengalaman yang lalu adalah satu dari sifat-sifat yang mencengangkan dan membingungkan yang ada pada mahluk hidup. Namun demikian pengertian belajar sebagai suatu proses hippotesis yang diperoleh dari praktek dan tercermin dalam perubahan kinerja/usaha yang tetap, tampaknya dapat diterima karena pemahaman orang secara umum memang demikain. Sementara itu motifasi didefinisikan sebagai keadaan hipotesis yang dihasilkan dari keadaan yang tidak menyenangkan atau dari suatu rangsangan dan tercermin dalam suatu efek sesaat pada kinerja.

Ada beberapa hal yang membedakan belajar dengan motivasi. Belajar menunjukan proses-proses yang saling berhubungan, ssedangkan motivasi merefleksikan hal-hal yang tidak berkaitan. Belajar bergantung pada keadaaan sedangkan movtivasi tidak bergantung pada keadaan. Belajar adalah proses yang terjadi secara bertahap, sedangkan motivasi dapat berubah rubah dengan cepat. Belajar biasanya permanen, sedangkan motivasi tidak. Akan tetapi, tentusaja tidak semua ahli psikologi setuju dengan batasan-batasan diatas. Bahkan logan &ferraro(1978) meyatakan bahwa kedua konsep ini sebetulnya dapat dilihat sebagai dua hal yang saling berkaitan. Dalam banyak situasi belajar dan motivasi dapat diterima sebagai sebuah interaksi yang dinamis. Sebenarnya belajar dan motivasi dapat dilihat sebagai suatu hubungan sebab akibat. Slavin (1991) menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar. Tanpa motivasi belajar tidak akan terjadi.


B. PTJJ dan Motivasi

Orang tidak akan melakukan sesuau tanpa alasan/motif atau stimulus. Gerak reflex pun pastu memiliki alas an. Secara psikologi, motif adalah”keadaan dalam” yang mempengaruhi prilaku manusia ( jung, 1978). Keduanya berpengaruh ke proses kognitif seperti berfikir, pemecahan masalah dan pemrosesan informasi yang dapat secara lansung dapat diamti. usia jelas berkaitann dengan proses ini karena banyak hal yang dapat terjadi dalam perjalanan hidup manusia. Karna itu ada pepatah yang mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik. Orang yang banyak pengalaman dan mau belajar dengan pengalaman sesudahnya seharusnya memiliki kualitas keadaan dalam yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang pengalaman. Secara umum motif dapat dikaitkan dengan dengan penyebab yang tersembunyi pada prilaku seseorang ( jung, 1978).

Ada dua hal penting pada prilaku yang termotifasi. Aktivitas seperti yang diasumsikan sebagai prilaku yang secara sengaja tanpa paksaan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Konsep motivasi melibatkan energy yang mengaktifkan seseorang sampai ke suatu tingkat tertentu. Motivasi memperlihatkan tetap terjadinya prilaku secara terus menerus walaupun muncul halangan.

Kalau kemampuan belajar mandiri sudah tercipta, untuk melewati jenjang di PTJJ bukanlah hal yang sulit. Menurut wlodkowski (1985) ada enam factor yang dapat mempengaruhi motivasi untuk belajar

1. Sikap terhadap apa yang dipelajari

Sikap ini akan menunjukan apakah seseorang senang atau tidak terhadapa hal yang akan dipelajarinya.

2. Kebutuhan akan materi yang dipelajari

Mahasiswa PTJJ harus tau dengan tepat bahwa ia memerlukan pengetahuaan dari materi yang akan diambilnya

3. Rangsagan untuk belajar

Pengembangan bahan ajar harus mampu merangsang mahasiswa untuk belajar

4. Emosi

Mahasiswa sebaiknya dapat terlibat secara emosi dalam mempelajari seseuatu. Gaya bahasa dalam penyajian konsep –konsep atau contoh contoh pada bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat terlibat secara emosi saat membacanya.

5. Kemampuan

Mahasiswa akan merasakan kemampuan yang dimilikinya bila ia menyadari bahwa mereka telah mencapai tingkat pengetahuan atau keterampilan yang sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah dilaluinya

6. Penguatan

Kegiatan yang meningkatkan kemungkinan untuk member respon lebih lanjut.

C. PTJJ dan belajar mandiri

Mahasiswa dapat belajar sendiri, berkelompok ataupun cara lain. Inisiatif belajar ada sepenuhnya pada mahasiswa, yang di PTJJ terkenal dengan istilah belajar mandiri.

Keberhaslan mahasiswa tergantung pada kemampuan mereka dalam belajar mandiri ( Paul (1990). Orang yang mamou belajar mandiri adalah orang yang memiliki tanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri ( Hiemstra, 1994)

Belajar mandiri adalah suatu proses mahasiswa menentukan sendiri kebutuhan belajarnya merumuskan sendiri tujuan belajarnya, mencari sendiri sumber belajarnya, melaksanakan sendiri strategi belajrnya dan juga mengevaluasi sendiri kemajuan belajar yang dicapainya ( Knowles, 1975)

D. PTJJ untuk orang dewasa

Kemapuan adaptasi orang dewasa terhadap hal baru yang bagi dirinya secara umum lebih baik dari mereka yang kurang dewasa, orang dewasa umumnya memiliki pengalamn yang lebih banyak, pengalaman hidup tentu saja akan berpengaruh terhadap kepribadian. Menurut Hurlock, EB (19800 masa dewasa adalah masa untuk berprestasi, biasanya usia 30-40 meruapakan puncak prestasi seseorang. Pada priode ini orang sangat giat unutuk berusaha untuk mencapai prestasi yang diinginkanya. Orang yang ingin berprestasi akan termotivasi untuk memacu semangat dan usaha belajar afar dapat meraih prestasi yang diinginkan.

Orang dewasa apalagi yang sudah bekerja akan kesulitan bila harus mengikuti perkuliahan tatap muka di perguruan tinggi, selain tidak harus mengikuti kegiatan tatap muka, di PTJJ mereka dapat mengatur beban kredit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Demikian juga dengan tempo untuk menyelesaikan sejumlah kredit.


E. PTJJ untuk orang yang sudah bekerja

Alasan sesorang tidak dapat mengikuti perkuliahan tatap muka adalah keterbatasan waktu yang dimilikinya dan jarak kampus yang cukup jauh. Waktu kuliah tidak cukup karna waktu tersebut digunkan untuk bekerja. Selain itu pendidikan tinggi tatap muka beda di kota besar selain sarana transportasi dan komunikasi lebih baik , para dosen pun berdomisi di kota besar. Alasan alas an tersebutlah yang menjadi dasar PTJJ menjadi pilihan bagi sebagian orang.

Walaupun secara persentase jumlah mahasiswa di PTJJ yang belum bekerja tidak sebanyak yang sedah bekerja namun dari sisi angka jumlah mereka tidaklah kecil, alsanya adalah banyak juga mahasiswa yang belum bekerja tetapi ingin menempuh pendidikan di PTJJ. Dengan berbagai alas an, seperti biaya murah. Namun untuk dapat melewati jenjang PTJJ tetap saja mahasiswa, baik sudah bekerja ataupun belum, tua ataupun masih muda.


F.
PTJJ dan perkembangan jumlah mahasiswa

Ada dua hal yang tidak dimiliki pendidikan tinggi tatap muka yaitu, SBJJ dan biaya studi yang relative lebih murah. Tentu saja alternatif ini banyak digunakan oleh orang yang sudah bekerja ataupun guru untuk menambah wawasan dan pengetahuan formal.

Selain itu pangsa pasar yang dapat di jarring PTJJ adalah ibu rumah tangga dapat memanfaatkan waktu luang diantara rutinitas yang dimilikinya.

Karena karakteristik yang khas, PTJJ tidak membebani mahasiswanya dengan biaya yang mahal seperti pada PTTM. Hal ini tentu dimanfaatkan oleh mereka yang secara financial tidak dapat mengikuti perkuliahan PTTM. Mereka berasal dari lapisan masyarakat kelas menengah kebawah yang memiliki keinginan untuk melanjutikan pendidikan keperguruan tinggi.


G. PTJJ dan lulusanya

Tampaknya masih muncul keraguan tentangmutu lulusan PTJJ. Mungkin hal ini disebabkan oleh PTJJ merupakan hal baru di Indonesia. Padahal waktu yang digunakan oleh mahasiswa PTTm maupun PTJJ untuk belajar tidak berbeda banyak. Berdasarkan definisi satuan kredit semester (SKS), 1 sks berarti bahwa dalam satu semester waktu yang harus disediakan oleh mahasiswa untuk belajar dalam satu minggu adalah tiga jam. Kalau di PTTM didalam `1 sks terkandung kegiatan belajar 1jam/perminggu dengan dosen secara langsung, akan tetapi dua jam lainya belajar mandiri. Dengan demikian setiap sks ada intervensi dosen dalam dalam mempengaruhi belajar mahasiswa. Namun di PTJJ waktu dalam satu sks adalah sepenuhnya tanggung jawab mahasiswa, intervensi dari luar berasal dari tutorial.

Apapun bidang yang ditekuni, mutu seseorang ditentukan oleh usaha orang tersebut dalam mencapai target mutu yang dia tentukan. Untuk bidang pendidikan institusi hanya dapat mengukur hasil yang diperoleh dalam belajar melalui perangkat tes atau ujian yang ada, institusi tidak dapat membuat seseorang jadi bermutu. Dengan perangkat yang ada institusi hanya dapat menghimbau atau sedikit memaksa agar mahasiswa dapat berusaha untuk meraih mutu yang baik. Idealnya kalau seseorang belum mencapai standar yang ia inginkan, ia akan menambah usahanya sehingga memperoleh hasil yang diinginkanya, usaha seperti ini hanya dapat di lakukan oleh orang yang bertanggung jawab, dan sikap yang seperti ini adalah sikap orang dewasa. Jadi mutu seseorang sangat ditentukan oleh usaha orang tersebut dalam mencapai target mutu.


H. Penutup

Keberhasilan seseorang tergantung oleh usaha orang itu sendiri, termasuk dalam kegiatan belajar, sangatlah bergantung pada usaha untuk mencapai keberhasilan tersebut. Dalam ilmu psikologi dikenal bahwa usaha seseorang sangat bergantung pada motivasi yang dimilikinya. Dapat dirasakan motivasi memiliki kedudukan yang sangat penting bagi usaha seseorang, termasuk dalam belajar.

Orang dewasa, mampu menciptakan stimulus yang membangkitkan motivasi untuk melakukan usaha dalam mencapai keinginan mereka. Walau ada perbedaan dengan PT tatap muka, pada dasarnya PTJJ terbuka untuk siapa saja, orang tua, orang muda, kaya, bekerja atau belum. Perbedaan tersebut bukanlah halangan bagi seseorang untuk mencapai cita-cita.

Kurangnya factor eksternal dalam menstimulus, namun karna pembelajaran ini banyak silakukan oleh orang dewasa yang mampu memotivasi dirinya sendiri, PTJJ merupakan kendaraan yang sudah tepat dalam mencapai cita-cita, contohnya sudah banyak alumni-alumni PTJJ yang berhasil dalam studi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar