Ramas

Minggu, 21 Juni 2009

DAMPAK INOVASI TUTORIAL ELEKTRONIK TERHADAP PERAN TUTOR PADA PENDIDIKAN JHARAK JAUH

Perkembangan dan perubahan yang terjadi terus menerus di berbagai aspek kehidupan menuntut perubahan pada perguruan tinggi. Pendidikan jarak jauhpun yang semula dianggap sebagi suatu bentuk inovasi pada bidang pendidikanpun terpaksa harus mengahadapi perubahan inovasi baru tersebut jika tidak ingin keberadaanya tertinggal sebagai lembaga pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ).

Penggunaan media yang menjadi salah satu krakteristik PTJJ dalam proses pembelajarannya harus mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang secara pesat. Begitu juga dengan peran staf akademik yang seharusnya terbiasa dengan penggunaan media pembelajaran, mau tidak mau mengalami perubahan, salah satunya menjadi seorang tutor.

Aktivitas tutor pada PTJJ merupakan bantuan belajar bagi mahasiswa yang dianggap menjadi bagian penting dalam pembelajaran jarak jauh tersebut, terutama di universitas terbuka (UT) yang merupakan satu-satunya PTJJ di Indonesia.


A.
Tutor pada Pendidikan Jarak Jauh

Proses pembelajaran padan PJJ membutuhkan keerampilan mengajar yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pengajar pada pembelajaran konvensional memberi materi melalui persentasi dan mengorganisir tugas yang akan dikerjakan mahasiswa. Sedangkan pada PJJ pengajar/staf akademik mempunyai fungsi:

1. Sebagai ahli atau penulis materi ajar

2. Sebagai orang yang menyiapkan materi ajar dan mempersentasikanya dalam berbagai media

3. Sebagai fasilitator yang tugas utamanya ada membantu siswa untuk mampu berinteraksi dengan materi ajar dan siswa lain

Fungsi diatas sesuai yang diungkapkan moore dan kearsley (1996), ada satu perbedaan yang dikemukakan more, pada pendifinisian pengajar dengan penulis materi ajar. Menurut moore tidak semua pengajar dilingkungan PJJ terlibat dalam fungsi sebgai ahli materi dan penulis materi ajar. Karna pada umumnya materi ajar dituis oleh padar dan dari luar institusi. Hal ini sama dengan yang terjadi pada universitas terbuka sebagai salah satu PTJJ yang terbesar di Indonesia. Pengajar atau staf akademik cenderung berperan sebagai tutor seperti yang diungkapkan moored an keasley.

Tutorial adalah salah satu bentuk interaksi antara pengajar dan siswa. Interaksi dan komunikasi ini merupakan inti dari tutorial ( wardani, 2000).

Aktivitas tutorial pada PTJJ dapat dikelompokan dalam menjadi beberapa bentuk, yaitu, tutorial tatap muka, tutorial tertulis, tutorial radio, tutorial berbantuan computer datau PBK (Pembelajaran Berbasis Komputer) dan tutorial melalui internet. Perbedaan aktivitas tutorial sesuai dengan bentuk tutorialnya mengakibatkan perbedaan pada aktivitas tutor itu sendiri, keterampilan tutor untuk tutorial tatap muka akan berbeda dengan aktivitas turor pada tutorial radio dan begitu seterusnya sesuai aktivisa tutorial lainya. Keadaan yang memerlukan berbagai keterampilan ini cenderung kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan pada PTJJ.

Menurut moore ( dalam visser, 2002), PTJJ membutuhkan tutor atau pengajar yang mempunyai kualifikasi yang tinggi dan berpengalaman dalam memahami mahasiswa serta proses belajar PJJ, justru bukan menguasai materi akademik. Selain itu pengajar sebagai instruktur juga harus menguasai cara member dukungan kepada mahasiswa melalui konseling, bimbingan orientasi dan tutorial, serta memonitor tugas tugas tertulis dari mahasiswa. Pendapat moore tersebut, menunjukan bahwa peran tutor bukan sebagai ahli materi tetapi sebgai instruktur


B.
Tutor pada Universitas Terbuka

Staf akademik UT mendapat berbagai pelatihan sepert PATUT ( Program akreditas Tutor UT) penulisan untuk tutorial tertulis, penulisan naskah audio video, pengembangan program PBK dan pelatihan keterampilam teknis untuk tutor pada tutorial berjaringan internet atau tutorial elektronik (tutel). Pelatihan tersebut untuk meningkatan kualitas bagi tim pengajar di UT, namun hal tersbut belum menunjukan hasil yang maksimal. Berbagai kendala masih menghalangi pencapaian usaha yang maksimal karena tidak mudah mengubah konsep tentang tutor pada pendidikan tatap muka menjadi tutor pada pendidikan jarak jauh. Konsep tutorial tatap muka masih merupakan konsep yang dikenal sebagian besar mahasiswa, sehingga bentuk tutorial lainya masih belum banyak diminati oleh mahasiswa.

C. Tutor pada Tutorial Elektronik

Tutuorial elektronik di universitas terbuka dibedakan menjadi tutorial berbantuan audio visual seperti radio atau tutorial berbantuan computer, tutorial berbantuan computerpun dibedakan menjadi PBK dan tutorial berbantuann jaringan internet. Ini yang di kenal dengan tutel atau tutorial elektronik. Tutel ini mulai diperkenalkan pada tahun 1999.

Perkembangan internet di dunia yang begitu cepat mengharuskan UT mengikuti perkembangannya, pada tahun yang sama ( soleiman, 1999) tutel ditawarkan kepada mahasiswa menggunakan daftar alamat. Pada akir tahun 2002 daftar alamat ditinggalkan diganti dengan manhan virtual classroom (MVC) yang lebih lengkap dan efisien. Hal ini yang berkembang dan di sebut dengan tutorial online.

Perubahan program aplikasi untuk kepentingann tutel tersebut menuntut perubahan aktifitas tutor. Sebagai akibatnya, tutor yang pernah memperoleh pelatihan untuk menggunakan maillinglistpada tahun 1999 harus mengikuti pelatihan yang bertujuan untuk memberi keterampilan teknis bagi tutor dalam penggunaan program MVC. Begitu juga dengan deskripsi kerja tidak hanya dari tutorial tatap muka bertambah aktivitasnya menjadi tutor pada tutorial online.

Salah satu masalah inovasi PJJ adalah mengubah konsep pembelajaran tradisional ( tatap muka) ke bentuk tutorial bermedia. Menurut rogerd dalam ( lookwood&gooley, 2001), keyakinan guru tentang pembelajaran secara tradisional atau tatap muka ke bentuk pembelajaran semacam belajara –e sulit diubah padahal keyakinan guru merupakan factor yang mendasar untuk suatu inovasi dalam pembelajaran.

Masalah inovasi PJJ yang diintifikasi oleh robinson (2001) adalah tentang kemampuan sumber daya manusia , yaitu staf yang kurang memiliki kemampuan tentang PJJ dan menolong dirinya. Lebih jauh lagu mengemukakan bahwa pengembangan staf terlalu jarang dilakukan dan terlalu terlambat untuk hal-hal yang bersifat kritis, diikuti pula dengan dana pengembangan yang terbatas. Selain itu robinson juga menambahkan bahwa perubahahan yang terjadi pada PJJ memunculkan perubahan keterampilan dan keahlian individual, peran, deskripsi kerja, dan kreatifitas pada keterampilan tersebut.

Laporan aktifitas tutorial elekronik dari fakultas ilmu social dan ilmu politik (FSIP) UT tahun 2002 ( dharmayanti, 2002) yang menunjukan masalah antara lain; 1. Ketidakaktifan tutor, 2. Masalah teknik computer, 3, kurangnya fasilitas computer; 4. Masalah teknis pengelolaan di fakultal; 5. Masalah dari mahasiswa; 6. Pemiliihan mata kuliah yang kurang tepat.

Sikap tutor cenderung reaktif pada tutorial elektronik di UT tersebut menunjukan bagaimana tutor masih kurang memahami deskripsi kerjanya dan belum dapat menerima peran baru sebagai tutor untuk tutorial elektronik yang berbeda dengan tutorial tatap muka.

1. Perbedaan deskripsi kerja tutor

Table perbandingan deskripsi kerja tutor

Tatap muka

online

Jadwal tutorial

Tugas tutor

Komunikasi dengan mahasiswa

· 8 kali pertemua

· Penentuan jadwal berdasarkan kesepakatan tutor dengan mahasiswa

1. Menyiapkan materi tutorial dalam bentuk RAT dan MAT

2. Merancang tugas untuk mahasiswa

3. Menetaptkan tuntutan yang jelas untuk setiap tugas

4. Melaksanakan atau memfasilitasi berbagai kegiatan tutorial

5. Member balikan atas tugas yang dikerjakan oleh mahasiswa, baik secara lisan maupun secara tulisan.

6. Mengumpulkan dan memeriksa tugas ( 3 tugas) yang dikerjakan oleh mahasiswa

7. Menilai tugas sesuai dengan pedoman penilaian

8. Menyerahkan nilai ke fakultas atau UPBJJ

Terjadi hanya saat pertemuaan tatap muka

· 8 minggu

· Penentuan jadwal dilakukan oleh tutor namun dapat pula dibuat kesepakatan antara institusi dengan tutor

1. Membuat rancangan pelaksanaan tutorial online

2. Membuat materi inisiasi sebanyak delapan buah

3. Menyusun tugas yang akan dikerjakan oleh mahasiswa sekurang-kuranya tiga tugas

4. Mengirim materi inisiasi kepada peserta tutorial online sesuai dengan jadwal

5. Membuka situs tutorial online untuk mata kuliah setiap harinya

6. Membahas pertanyaan atau permintaan tanggapan dari mahasiswa sesegera mungkin. Jika jawaban respon belum lengkap diketahui tutor harus member jawaban sementara dan harus dilengkapi selambat lambatnya tiga hari.

7. Memeriksa dan menilai tugas dan menentukan nilai akhir yang diperoleh mahasiswa

8. Menyerahkan nilai kepada pusat pengujian.

Dapat terjadi setiap saat.



2. Dampak perbedaan deskripsi kerja tutor

Perbedaan kecil pada satu butir yaitu butir kelima tersebu memberikan dampak yang besar bagi aktivitas tutor di fakilatas. Konsekuensi perbedaan bentuk tutorial online membuat tutor difakultas harus siaga setiap hari untuk melakukan aktivitas tutorial online dan membiasakan diri untuk membuka situs yang diasuhnya setiap hari sekitar 30 menit; jika tidak ada respon dari mahasiswa, mungkin waktu yang dibutuhkan tutor untuk aktivitas tutorial online kurang dari 30 menit. Jika tutor harus member tanggapan terhadap respon mahasiswa, memasukan inisiasi dan melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan tutorial online, maka waktu yang dibutuhkan dapat melebihi waktu minimal 30 menit perhari. Contoh kegiatan lain adalah memeriksa keaktifan mahasisswa dan menghapus data mahasiswa yang bermasalah, misalnya memperbaiki materi tutorial online dan sebagainya. Waktu yang dibutuhkan oleh tutor akan semakin banyak jika mahasiswa yang mengikuti kegiatan tutorial online semakin banyak.

Kebiasaan baru untuk membuka situs tutorial online membutuhkan peran institusi. Peran institusi PTJJ tidak hanya berhenti sampai pada pemberiaan pelatihan teknis keterampilan tetapi juga beberapa usaha lainya agar kebiasaan untuk membuka situs tutorial online terbentuk, tutama pada tahap implementasi.

Tahap implementasi adalah tahap indiviu terutama (atau unit pembuat keputusan ) menggunakan suatu inovasi ( Nasution, 2000). Tahap implementasi merupakan tahap rawab untuk terbentuknya pola perubahan prilaku yang baru. Tahap ini dapat memperkuat atau memperlemah terbentuknya pola prilaku baru. Pada tahap ini juga, kebiasaan baru tutor belum terbentuk dan masih ada derajat ketidakpastian yang membuuhkan penguatan dari istitusi afar dapat diatasi oleh tutor, sehingga tutor yakin dalam melakukan aktivitasnya sebagai tutor pada tutorial online.

Contoh dampak peran institusi dapat dilihat pada kasus di FISIP UT, terjadi peningkatan keefektifan dalam tutorial online. Jika pada sememester 2002.2 jumlah tutor yang tidak aktif sebesar 25,5%, maka pada semester 2003.1 jumlah tutor jumlah tutor yang tidak aktif menurun menjadi 10 % ( Santots&darmayanti, 2003). Hal tersebut terjadi karena pada semester 2003.1 UT sebagai institusi menambah fasilitas dari computer bagi tutor. Dukungan fasilitas dari institusi menunjukan konsistensi peran institusi terhadap pelaksanaan pembelajaran tutorial online.

Beberapa strategi yang diusulkan robinson (2001) untuk mepercepat pemanfaatan teknologi interaktif dalam meningkatkan peran tutor pada tutorial online, Antara lain:

· Menargetkan dukungan dari pimpinan senior dan pimpinan institusi

· Membentuk persepsi individual melalui pemberian informasi dan fakta –fakta yang member nilai tambah atau menguntungkan .

· Member insentif kepada pemakai yang termasuk pemula

· Membuat teknologi tersebut agar dapat digunakan unutku kepentingan pekerjaan dan sebagai alat untuk melaksanakan kerja

· Mencari orang-orang yang terampiil dalam melaksanakan teknologi untuk kepentingan mereka, sehingga dapat memberikan contoh penggunaan inovasi pada kondisi nyata.

D. Kesimpulan

Belajar-e merupakan bentuk inovasi media pada pendidikan tinggi jarak jauh. Penerapan belajar-e dalam proses pembelajaran di UT dikenal dengan nama tutorial elektronik atau tutorial online. Penerapan pada tutorial elektronik masih dalam taraf pengembangan yan merupakan suatu bentuk perubahan pendidikan, baik di Indonesia maupun di dunia.

Dampak dari inovasi adalah munculnya berbagai kendala yang terjadi terutama karena ketidakterbiasaan dan ketidaksiapan berbagai pihak dalam menghadapi perubahan tersebut. Kendala yang muncul perlu disikapi institusi PTJJ dengan optimism untuk mengatasinya karena penerapan belajar-e dalam proses pembelajaran membutuhkan waktu dan usaha yang berkesinambungan. Berbagai cara perlu dicari dan uji coba melalui berbagai penelitian untuk mencari cara yang paling sesuai untuk berbagai pihak, dalam hal ini tutor tutor, mahasiswa dan staf administrasi sebagai pengelola tutorial.

1 komentar: